Muktamar IX
MUKTAMAR IX RIFAIYAH DI WONOSOBO
Pesan Moral Dalam Muktamar IX Rifaiyah di Wonosobo
September 25, 2018
Dalam Muktamar IX Rifaiyah di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap, muktamar yang berlangsung selama dua hari bisa menghasilkan sejumlah rekomendasi.
Di antaranya menyangkut upaya menyikapi kemajuan teknologi informasi di era globalisasi, peran serta Jamaah Rifa’iyah dalam menjaga NKRI,
pengamalan Pancasila, serta menjaga kebhinekaan sehingga Indonesia semakin jaya.
“Rifaiyah diharapkan bisa membantu kita menyikapi era seperti ini.
Fitnah dan caci maki marak di tengah kemajuan teknologi
Apabila suasana di dalam gedung panas karena keberadaan mesin pendingin tidak berfungsi optimal,
Itu masih bisa ditambahi kipas angin supaya sejuk.
Namun beda halnya jika panasnya hati karena berbeda dalam mendukung calon presiden dan wakil presiden, maka ini bibit-bibit celaka.
Dalam kesempatan itu, Plt Sekjen Kementerian Agama Prof Dr Phil HM Nur Kholis Setiawan MA menyatakan banyak sifat yang bisa diteladani dari KH Ahmad Rifai.
Baik menyangkut perjuangannya melawan penjajah tanpa kekerasan, maupun perihal pemikiran-pemikirannya.
KH Ahmad Rifai merupakan pejuang Indonesia yang meninggal di pangasingan di Tanah Tondano, Minahasa, Manado, Sulawesi Utara dalam usia 86 tahun.
“Sosok beliau sangat menginspirasi. Tidak hanya nasionalis tetapi ilmu-ilmu agama dimiliki menjadi pencerah bagi umatnya, penuh tawadhu atau rendah hati, dan tidak sombong,” terangnya.
KH Ahmad Rifai adalah sosok yang tidak lupa diri dalam situasi apapun. Selalu tenang dan tidak galau termasuk dalam situasi sulit seperti yang digambarkan dalam hymne Rifaiyah.
Difitnah dan dikejar-kejar penjajah kemudian diasingkan.
KH Ahmad Rifai seorang dai dan pejuang nasional.
Dia satu-satunya orang yang mampu mengemukakan Islam dengan bahasa sederhana tanpa memakai idiom-idiom arab.
Sebagai ulama yang konsisten terhadap ajaran agamanya, Ahmad Rifai juga dikenal sangat produktif mengarang kitab
Pesan Moral Dalam Muktamar IX Rifaiyah di Wonosobo
September 25, 2018
Dalam Muktamar IX Rifaiyah di Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap, muktamar yang berlangsung selama dua hari bisa menghasilkan sejumlah rekomendasi.
Di antaranya menyangkut upaya menyikapi kemajuan teknologi informasi di era globalisasi, peran serta Jamaah Rifa’iyah dalam menjaga NKRI,
pengamalan Pancasila, serta menjaga kebhinekaan sehingga Indonesia semakin jaya.
“Rifaiyah diharapkan bisa membantu kita menyikapi era seperti ini.
Fitnah dan caci maki marak di tengah kemajuan teknologi
Apabila suasana di dalam gedung panas karena keberadaan mesin pendingin tidak berfungsi optimal,
Itu masih bisa ditambahi kipas angin supaya sejuk.
Namun beda halnya jika panasnya hati karena berbeda dalam mendukung calon presiden dan wakil presiden, maka ini bibit-bibit celaka.
Dalam kesempatan itu, Plt Sekjen Kementerian Agama Prof Dr Phil HM Nur Kholis Setiawan MA menyatakan banyak sifat yang bisa diteladani dari KH Ahmad Rifai.
Baik menyangkut perjuangannya melawan penjajah tanpa kekerasan, maupun perihal pemikiran-pemikirannya.
KH Ahmad Rifai merupakan pejuang Indonesia yang meninggal di pangasingan di Tanah Tondano, Minahasa, Manado, Sulawesi Utara dalam usia 86 tahun.
“Sosok beliau sangat menginspirasi. Tidak hanya nasionalis tetapi ilmu-ilmu agama dimiliki menjadi pencerah bagi umatnya, penuh tawadhu atau rendah hati, dan tidak sombong,” terangnya.
KH Ahmad Rifai adalah sosok yang tidak lupa diri dalam situasi apapun. Selalu tenang dan tidak galau termasuk dalam situasi sulit seperti yang digambarkan dalam hymne Rifaiyah.
Difitnah dan dikejar-kejar penjajah kemudian diasingkan.
KH Ahmad Rifai seorang dai dan pejuang nasional.
Dia satu-satunya orang yang mampu mengemukakan Islam dengan bahasa sederhana tanpa memakai idiom-idiom arab.
Sebagai ulama yang konsisten terhadap ajaran agamanya, Ahmad Rifai juga dikenal sangat produktif mengarang kitab
Comments
Post a Comment